“ Sarjana muda saat ini telah hilang niat
didalam lubuk hatinya untuk berjuang, dulu mengOrasikan Hidup adalah penuh perjuangan,
tetapi kini berbalik arah Perjungan untuk Hidup “
Dalam dua pengertian judul tema di atas mempunyai
makna yang sangat luar biasa dimana dalam sebuah pendidikan banyak dikelolah
oleh organisasi lembaga-lembaga baik formal maupun non formal. Seblum kita
lebih jauh untuk membahas pada tema saat ini, lebih baiknya kita akan
menguraikan terlebih dahulu makna secara global terkait masalah “Pendidikan”
& “ Organisasi”.
Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut tujuan
pendidikan. Pada level Negara, tujuan didalam pendidikan ini dinamakan
tujuan pendidikan tingkat Nasional, ada
pula yang dalam tingkat provinsi samapai dalam tingkat daerah yang ada dalam
suatu bangsa.
Didalam mengelolah pendidikan,tentu
bermura pada sistem dasar yang telah di cantumkan pada Undang-undang Dasar No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Artinya bahwa setiap orang yang menjadi warga suatu Negara dan tinggal di
Negara tersebut akan menjadi bagian dari pendidikan Negara tersebut. Yang
menjadi pertanyaan hari ini adalah “ Metode apakah yang menjadikan keberhasilan
didalam sistem pendidikan hari ini?”. Dunia pendidikan memiliki peran aktif
pembentukan karakter didalam setiap individu peserta didik, dilakukan dari
beberapa pengelolahan mulai dari munculnya pendidikan formal maupun non formal
masih belum bisa memberikan angka kecerdasan & kesadaran pada diri mereka.
Akan tetapi kesadaran di dalam membangun integritas pendidikan tidak sepenuhnya
dilaksanakan oleh pendidik pada saat ini, dengan banyaknya angka kebodohan yang
di sandang oleh mereka yang mengenyam di bangku SD sampai pada tingkat PT.
Dalam
media KOMPAS harian di jelaskan dari hasil
wawancara kepada Mendikbud Prof.
Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA. Nuh memaparkan, sepanjang
tahun 2011 ada sejumlah hal menonjol dan menjadi perhatian publik di dunia
pendidikan. Setidaknya, ia menyebutkan empat persoalan yang turut menjadi
perhatian dan konsen kerja kementeriannya.
Pertama,
ujian nasional dan dugaan contek massal. Kasus yang menonjol terjadi di SD
Gadel, Jawa Timur. Kasus yang bermula dari kesaksian seorang ibu, Siami, yang
mengungkapkan bahwa anaknya diinstruksikan gurunya untuk berbagi jawaban soal
UN ( Ujian Nasional ) kepada
teman-temannya, hal ini bisa menggemparkan dunia pendidikan. Nilai kejujuran
yang ditanamkan oleh institusi pendidikan menjadi tanda tanya besar. Menurut
Nuh, kasus ini membawa dampak sosial yang cukup besar. Saat itu, dukungan
mengalir kepada Ibu Siami. Di satu sisi, ada orangtua siswa yang tak terima
anaknya turut disebut melakukan kecurangan secara massal.
“Ada
beberapa langkah yang kita lakukan dalam menangani kasus contek massal itu.
Pertama, harus kita dudukkan, karena prinsip kita bukan membantah atau
membenarkan. Tetapi kasus ini kan harus kita jelaskan dimana letak
permasalahannya. Itu rumus yang kita (Kemdikbud) pegang selama ini.Jadi kalo
disitu ada contek massal, tahu atau tidaknya contek massal itu ya ada standar
bagaimana pekerjaan itu memenuhi kriteria ada contek massal,” papar
Nuh.
Ia mengatakan, hal
terpenting dari penyelesaian persoalan ini adalah tidak memicu dampak sosial
yang lebih besar.
“Ibarat kanker yg sudah
diambil, persoalannya adalah ketidakjujuran. Siapa yang tidak jujur? Yaitu
kepala sekolah, dan itu sudah diambil tindakan oleh si walikota, berarti kan
kanker sudah diambil. Tetapi, jangan sampai masih ada luka lain. Sebab,
akan masuk bakteri lain, dan akibatnya justru tambah sakit. Intinya jangan
sampai persoalan akademik merembet ke persoalan sosial,” ujarnya.
Kedua,
penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS). Pada tahun 2011 ini,
pemerintah menerapkan mekanisme yang berbeda dari tahun 2010. Penyaluran dana
yang sebelumnya dari provinsi ke sekolah, kemudian diubah disalurkan dari
kabupaten ke sekolah. Akan tetapi, mekanisme ini justru memicu persoalan baru
yaitu keterlambatan penyaluran dana.
Solusinya, pada tahun 2012
mendatang, mekanisme kembali diubah seperti yang diterapkan pada tahun 2010.
Selain itu, dana unit cost juga dinaikkan. Untuk siswa SD dari Rp 380 ribu
menjadi Rp 510 ribu. Sementara itu, untuk SMP, dari Rp 580 ribu menjadi Rp 710
ribu.
Hal menonjol ketiga,
yaitu masalah fasilitas pendidikan khususnya sekolah rusak.
“Urusan sekeolah rusak,
yang tidak layak, meminta perhatian yang tak kalah menarik juga. Data yang kami
miliki ada ribuan sekolah rusak, bahkan ratusan ribu ruang kelas yang rusak,”
ujar Nuh.
Untuk menentukan skala
prioritas, kementerian melakukan kunjungan ke daerah-daerah yang dianggap perlu
mendapatkan prioritas utama. Salah satunya adalah NTT. Menurut Nuh, pendidikan
di NTT tertinggal 17 tahun ke belakang jika ditilik dari sisi angka partisipasi
khusus (APK).
“Oleh karena itu, kita
selesaikan secara tersendiri. Solusi untuk sekolah rusak ini, sudah dimulai
tahun 2011 dan akan dilanjutkan tahun 2012″ kata Nuh.
Hal keempat,
lanjut Nuh, mengenai penuntasan wajib belajar 9 tahun. Ia mengungkapkan, dari
data demografi, populasi usia produktif akan mencapai puncaknya pada tahun
2010-2040.
“Dengan membaca peta
seperti ini, maka kita siapkan generasi 2045, generasi 100 tahun Indonesia merdeka.
oleh karena itu, mulai tahun ini kita galakkan gerakan PAUD-isasi. Karena pada
2045, mereka yang akan menggantikan posisi kita. Inilah yang kita garap,
menyiapkan generasi 2045. Kesempatan emas ini kuncinya adalah pendidikan,”
papar Nuh.
Proyeksi
2012
Meski
persoalan pendidikan tak akan pernah selesai, bukan berarti tanpa harapan. Pada
tahun 2012 mendatang, Kemdikbud akan memproyeksikan sejumlah kerja untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya pemerataan kesempatan
pendidikan. Sejumlah politeknik dan institut teknologi akan dibangun di
berbagai daerah, agar pembangunan tak hanya tersentralisasi di Pulau Jawa.
“Pokoknya kita perbanyak
PTN (perguruan tinggi negeri), sehingga tidak menumpuk di Jawa. Selama ini
hanya terkonsentrasi di Jawa, maka ke depan harus kita distribusikan,” kata
Nuh.
Selain itu, beasiswa Bidik
Misi yang diperuntukkan bagi mahasiswa miskin juga masih menjadi andalan.
Hingga saat ini, setidaknya program ini telah menjaring 50 ribu mahasiswa
miskin mendapatkan bantuan biaya pendidikan. Ke depannya, ditargetkan, Bidik
Misi bisa membantu tak kurang dari 80 ribu mahasiswa.
Jika selama ini pendidikan
di negara kita terjadi ketidak stabilan dalam menanamkan sebuah misi dan visi,
maka jangan harap pendidikan yang ada didalam bangsa ini akan maju dan menyangi
didalam pendidikan yang ada di sekala internasional, oleh sebab itu di mulai
dari kesadaran sarjana mudah saat ini untuk membentuk kesadaran atas pendidikan
yang ada serta membangun solidaritas pendidikan bagi mereka yang tidak mampu
didalam mengenyam pendidikan formal maupun non formal.
Maka hal ini di perlukan
yang namanya membentuk Organisasi pendidikan masyarkat (OPM ) agar
meminimalisir angka kebodohan di tengah-tengah masyarakat khusunya kaum
marjinal.
Berbicara soal organisasi,
sangat di perlukan agar membentuk sebuah kekuatan yang besar dalam langkaj
suatu perubahan. Menurut
Dimock, organisasi adalah : “Organization
is the systematic bringing together of interdependent part to form a unified
whole through which authority, coordination and control may be exercised to
achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis
daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan)
Organisasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap manusia hidup dalam sebuah
organisasi. Pertanyaannya, apakah setiap manusia menyadari bahwa dia hidup
dalam organisasi? Untuk apa ia menjadi bagian dari organisasi tersebut?
Keberadaan
manusia di dunia ini tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi
merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa dimana pun dan kapan pun
manusia berada ( berinteraksi ) maka disitu muncul organisasi. Pemahaman
organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari orang-orang yang
berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk
maksud tertentu. Oraganisasi dapat diidentifikasi sebagai keluarga, rukun
tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, Negara,
perserikatan dua Negara atau lebih, perserikatan bangsa-bangsa, dan lain
sebagainya. Kemestian manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan
untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efesien, bukan
semata-mata suatu kondisi kebetulan. Efektifitas dan efesiensi ini dapat
digambarkan sebagai 100 sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki
kekuatan yang lebih besar untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan
sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihakn halaman.
Perlu kita belajari dari seorang
Aktivis Brazilia yang ingin menyelamatkan rakyatnya dari cengkraman orang-orang
yang berkepntingan untuk merebut kekuasaan. Pada awalnya
Chico Mendes tidak pernah sadar dan tidak pernah berniat untuk menyelamatkan
dunia. Ia hanya melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dialami dan
dirasakan selama hidup menjadi penyadap karet di dalam hutan hujan
Amazon. Ia tergerak dari penindasan dan eksploitasi berlebihan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang berkepentingan di Brazil-termasuk
pemerintahannya yang korup. Hati nuraninyalah yang membuat Chico Mendes,
seorang yang tidak pernah bersekolah, menjadi pahlawan dunia, pahlawan
hutan hujan tropis.
Menjadi penyadap karet tentu
bukan keinginan pribadi seorang Chico Mendes. Ia tidak pernah berharap
untuk dilahirkan dalam hutan Amazon, mengalami penindasan dan penyiksaan sekian
tahun lamanya, melakukan perlawanan bersama anggota perserikatan, dan
menjadi ancaman serius bagi para pengembang lahan dan pemerintah. Pada
akhirnya, sejarahlah yang membuktikan bahwa kelahirannya di Acre, sebuah
provinsi di negara bagian Xapuri Brasil yang sebagian wilayahnya terdiri dari
hutan Amazon, memiliki arti yang sangat dalam bagi keberlangsungan hidup
umat manusia.
Bila mana kita hidup didunia ini
menyatukan sebuah kekuatan demi memanusiakan manusia, maka akan terciptlah
generasi yang cerdas dan berkualitas untuk menegakkan kebenaran didalam
kehidupan yang nyata. Bukan perjuangan untuk hidup tetapi Hidup adalah untuk
perjuangan, dengan merapatkan barisan didalam berorganisasi mewujudkan misi
& visi yang sama untuk mencerdaskan generasi bangsa selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar